Terdapat 500 orang pria dari Savatthi, mereka mengharapkan
istri-istrinya menjadi orang yang murah hati, baik hati dan bersusila seperti
Visakha. Kelima-ratus pria tersebut mengirim para istrinya kepada Visakha agar
menjadi teman dekat Visakha. Pada pesta Bacchanalian yang berlangsung selama 7
hari, istri-istri tersebut mengambil semua minuman keras yang ditinggalkan
suami mereka dan kemudian meminumnya tanpa diketahui oleh Visakha. Karena
perbuatan yang tidak baik itu, mereka dipukuli oleh suami mereka. Pada kejadian
lainnya, dikatakan bahwa mereka hendak mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka
memohon agar Visakha membawa mereka kepada Sang Buddha, tetapi secara diam-diam
mereka masing-masing membawa sebotol kecil minuman keras yang disembunyikan
dalam bajunya.
Pada saat tiba di vihara, mereka meminum semua minuman keras
yang mereka bawa dan membuang botol-botol tersebut. Visakha memohon kepada Sang
Buddha untuk mengajarkan Dhamma kepada mereka. Pada saat itu, para wanita
menjadi mabuk, bernyanyi dan menari, Mara mengambil kesempatan membuat
mereka semakin berani dan tidak tahu malu untuk bernyanyi, menari, bertepuk
tangan, melompat-lompat di dalam vihara. Sang Buddha melihat Mara yang membuat
tingkah laku yang memalukan wanita-wanita tersebut. Sang Buddha berkata pada
diri sendiri, “Mara tidak boleh diberi kesempatan”. Oleh karena itu, tubuh Sang
Buddha memancarkan sinar biru gelap yang menyebabkan wanita-wanita tersebut
ketakutan dan mulai sadar. Kemudian Sang Buddha menghilang dari tempat duduknya
dan berdiri di atas Gunung Meru, dari tempat itu Beliau memancarkan sinar putih
yang menerangi langit bagaikan diterangi seribu bulan. Setelah itu Sang Buddha
berkata kepada kelima ratus wanita tersebut, “Sebagai wanita kalian tidak seharusnya
datang ke vihara dalam keadaan batin tidak sadar. Karena kalian telah lalai,
Mara mendapat kesempatan membuat kalian berkelakuan yang memalukan, tertawa,
menyanyi keras-keras dalam vihara. Sekarang berusahalah untuk memadamkan api
hawa nafsu yang terdapat dalam diri kalian.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 146 berikut :
Mengapa tertawa, mengapa bergembira kalau
dunia ini selalu terbakar?
Dalam kegelapan, tidakkan engkau ingin mencari terang?
Dalam kegelapan, tidakkan engkau ingin mencari terang?
Lima ratus wanita itu mencapai tingkat kesucian sotapatti
setelah khotbah Dhamma berakhir.