Suatu hari Sang Buddha mengetahui dari penglihatan-Nya
bahwa terdapat seorang laki-laki miskin yang akan mampu mencapai tingkat
kesucian sotapatti di desa Alavi. Maka sang Buddha pergi ke desa tersebut yang
berjarak 30 yojana dari Savatthi.
Pada dini hari laki-laki tersebut kehilangan kerbau,
maka dia pergi mencari kerbaunya. Sementara itu, dana makanan sedang diberikan
kepada Sang Buddha dan para bhikkhu di sebuah rumah di desa Alavi. Setelah
bersantap, orang-orang bersiap untuk mendengarkan khotbah Sang Buddha; tetapi
Sang Buddha menunggu laki-laki itu.
Setelah menemukan kerbaunya, laki-laki itu datang
dengan berlari-lari ke rumah tempat Sang Buddha berada. Laki-laki tersebut
letih dan lapar, maka Sang Buddha meminta pada pendana yang berada di situ
untuk memberi makan kepada laki-laki tersebut. Setelah laki-laki tersebut
selesai makan, Sang Buddha memberikan khotbah, menjelaskan Dhamma tahap demi
tahap, dan akhirnya sampai pada penjelasan tentang ‘Empat Kebenaran Mulia’.
Murid awam tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti pada saat khotbah
berakhir.
Setelah itu Sang Buddha dan para bhikkhu pulang
kembali ke Vihara Jetavana. Dalam perjalanan pulang, para bhikkhu berkata,
sangat mengagetkan Sang Buddha meminta makanan pada pendana makanan untuk
memberikan makanan kepada laki-laki muda sebelum Beliau mulai khotbah.
Mendengar perkataan tersebut, Sang Buddha menjelaskan,
“Para bhikkhu, apa yang kamu katakan adalah benar, tetapi kamu tidak mengerti
mengapa Saya datang ke tempat itu, yang berjarak 30 yojana; karena Saya
mengetahui bahwa ia dalam kondisi siap menerima Dhamma. Jika ia merasa sangat
lapar, rasa sakit kelaparan itu akan menghalangi ia menerima Dhamma secara
utuh. Laki-laki itu telah bepergian mencari kerbaunya sepanjang pagi, oleh
karena itu ia sangat letih dan juga sangat lapar. Para bhikkhu, dari semuanya,
tidak ada penderitaan yang sangat sulit ditanggung seperti kelaparan.”
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 203 berikut :
Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat.
Segala sesuatu yang berkondisi
merupakan penderitaan yang paling besar.
Setelah mengetahui hal ini sebagaimana adanya,
orang bijaksana memahami bahwa
nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar