Kisah ini merupakan yang mendasari munculnya syair Dhammapada Yamaka Vagga ayat 2, yang sering disebut juga syair - syair berpasangan. Berikut adalah kisah tersebut.
Ada
seorang laki-laki perumah tangga mempunyai istri yang mandul. Karena merasa
mandul dan takut diceraikan oleh suaminya, ia menganjurkan suaminya untuk
menikah lagi dengan wanita lain yang dipilih olehnya sendiri. Suaminya
menyetujui dan tak berapa lama kemudian isteri muda itu mengandung.
Ketika
isteri mandul itu mengetahui bahwa madunya hamil, ia menjadi tidak senang.
Dikirimkannya makanan yang telah diberi racun, sehingga isteri muda itu
keguguran. Demikian pula pada kehamilan yang kedua. Pada kehamilannya yang
ketiga, isteri muda itu tidak memberi tahu kepada isteri tua. Karena kondisi
phisiknya kehamilan itu diketahui juga oleh isteri tua. Berbagai cara dicoba
oleh isteri tua itu agar kandungan madunya itu gugur lagi, yang akhirnya menyebabkan
isteri muda itu meninggal pada saat persalinan. Sebelum meninggal, wanita
malang itu dengan hati yang dipenuhi kebencian bersumpah untuk membalas dendam
kepada isteri tua.
Maka
permusuhan itu pun dimulai.
Pada
kelahiran berikutnya, isteri tua dan isteri muda tersebut terlahir sebagai
seekor ayam betina dan seekor kucing. Kemudian terlahir kembali sebagai seekor
macan tutul dan seekor rusa betina, dan akhirnya terlahir sebagai seorang
wanita perumah tangga di kota Savatthi dan peri yang bernama Kali.
Suatu
ketika sang peri (Kalayakkhini) terlihat sedang mengejar-ngejar wanita tersebut
dengan bayinya. Ketika wanita itu mendengar bahwa Sang Buddha sedang
membabarkan Dhamma di Vihara Jetavana, ia berlari ke sana dan meletakkan
bayinya di kaki Sang Buddha sambil memohon perlindungan.
Sedangkan
peri tertahan di depan pintu vihara oleh dewa penjaga vihara. Akhirnya peri
diperkenenkan masuk, dan kedua wanita itu diberi nasehat oleh Sang Buddha.
Sang
Buddha menceritakan asal mula permusuhan mereka pada kehidupan lampau, yaitu
sebagai seorang isteri tua dan isteri muda dari seorang suami, sebagai seekor
ayam betina dan seekor kucing, sebagai seekor macan tutul dan seekor rusa
betina.
Mereka
telah dipertemukan untuk melihat bahwa kebencian hanya dapat menyebabkan
kebencian yang makin berlarut-larut, tetapi kebencian akan berakhir melalui
persahabatan, kasih sayang, saling pengertian, dan niat baik.
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair ke 5 berikut ini:
Kebencian tak akan pernah berakhir apabila
dibalas dengan kebencian.
Tetapi, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak
membenci
Inilah satu hukum abadi.
Kedua
wanita itu akhirnya menyadari kesalahan mereka, keduanya berdamai, dan
permusuhan panjang itu berakhir.
Sang
Buddha kemudian meminta kepada wanita itu untuk menyerahkan anaknya untuk
digendong peri. Takut akan keselamatan anaknya, wanita itu ragu-ragu. Tetapi,
karena keyakinannya yang kuat terhadap Sang Buddha ia segera menyerahkan
anaknya kepada peri.
Peri
menerima anak itu dengan hangat. Anak itu dicium dan dibelainya dengan penuh
kasih sayang, bagaikan anaknya sendiri. Setelah puas, diangsurkan ke ibunya
kembali.
Demikianlah,
pada akhirnya mereka berdua hidup rukun dan saling mengasihi.
Sumber text : #SamaggiPhala - #Dhammapada.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar