Suatu
ketika Mahakassapa Thera sedang berdiam di gua Pippali dan berada dalam suasana
batin khusuk bermeditasi mencapai konsentrasi tercerap (samapatti) selama tujuh
hari. Segera setelah beliau bangun dari samapatti, beliau berkeinginan memberi
kesempatan pada seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang yang baru
bangkit dari samapatti.
Beliau
melihat keluar dan menemukan seorang pelayan muda sedang menabur jagung di
halaman rumah. Maka Thera berdiri di depan pintu rumahnya untuk menerima dana
makanan. Wanita itu meletakkan seluruh jagungnya ke mangkuk Thera. Ketika
wanita itu pulang setelah mendanakan jagung kepada thera, dia dipatuk oleh
seekor ular berbisa dan meninggal dunia. Dia terlahir kembali di alam surga
Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. “Laja” berarti jagung.
Laja
menyadari bahwa dia terlahir kembali di alam surga Tavatimsa karena dia telah
berdana jagung kepada Mahakassapa Thera, maka ia sangat menghormati Mahakassapa
Thera. Kemudian Laja memutuskan, dia harus melakukan jasa baik kepada Thera
agar kebahagiaannya dapat bertahan. Jadi setiap pagi wanita itu pergi ke vihara
tempat Thera berdiam, menyapu halaman vihara, mengisi air dalam kolam mandi,
dan melakukan jasa-jasa lainnya.
Pada
mulanya thera berpikir samanera-samanera yang melakukan pekerjaan tersebut.
Tetapi pada suatu hari thera mengetahui yang melakukan pekerjaan tersebut
adalah dewi wanita. Kemudian thera memberi tahu dewi wanita tersebut untuk
tidak datang ke vihara itu lagi. Orang-orang akan membicarakan hal-hal yang
tidak baik jika dia tetap datang ke vihara.
Mendengar
hal itu, Lajadevadhita sangat sedih, menangis dan memohon kepada Thera, “Tolong
jangan hancurkan kekayaan dan harta benda saya.”
Sang
Buddha mendengar tangisannya dan kemudian mengirim cahaya dari kamar harum
Beliau dan berkata kepada dewi wanita tersebut, “Devadhita, itu adalah tugas
murid-Ku Kassapa untuk melarangmu ke vihara, melakukan perbuatan baik adalah
tugas seseorang yang berniat besar memperoleh buah perbuatan baik. Tetapi, sebagai
seorang gadis, tidak patut untuk datang sendirian dan melakukan berbagai
pekerjaan di vihara.”
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 118 berikut:
Apabila seseorang berbuat bajik,
hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita
dengan perbuatannya itu,
sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.
Lajadevadhita
mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar