Seorang
pria yang kaya di Savatthi setelah kematian istrinya mengambil keputusan untuk
menjadi seorang bhikkhu. Sebelum dia menjadi bhikkhu, dia mendirikan sebuah
vihara, termasuk dapur dan ruang penyimpanan. Dia juga membawa perabotan,
beras, minyak, mentega, dan berbagai kebutuhan sehari-harinya. Apa pun yang dia
kehendaki, pelayan-pelayan akan memenuhinya. Jadi meskipun dia hidup sebagai
bhikkhu, dia hidup dengan berlebihan dan memiliki berbagai macam harta sehingga
beliau dikenal dengan nama “Bahubhandika”.
Suatu
hari bhikkhu-bhikkhu lain membawanya menghadap Sang Buddha dan kemudian
menceritakan kehidupan Bhikkhu Bahubhandikka yang penuh dengan kemewahan
sebagai mana layaknya kehidupan orang kaya.
Sang
Buddha mengatakan kepada Bahubhandika, “Anakku, Aku mengajarkan tentang
kehidupan yang sederhana, mengapa engkau membawa begitu banyak harta milikmu?”
Ketika
mendapat teguran ini dia marah dan berkata, “Bhante, aku akan hidup sebagai
mana kehendak-Mu.” Kemudian dia melepas dan membuang jubah atasnya.
Melihat
hal tersebut, Sang Buddha mengatakan kepada Bahubhandika, “Anakku, pada
kehidupan yang lampau engkau adalah raksasa, meskipun sebagai raksasa tetapi
engkau memiliki rasa takut dan malu berbuat jahat. Akan tetapi sekarang engkau
menjadi bhikkhu dalam ajaran-Ku, mengapa engkau membuang semua rasa malu dan
takut berbuat jahat itu?”
Mendengar
kata-kata itu, dia menjadi sadar akan kesalahannya. Rasa malu dan takutnya
muncul kembali. Ia memberi hormat kepada Sang Buddha serta meminta maaf,
Kemudian
Sang Buddha berkata, “Berdiri di situ tanpa jubah atas adalah tidak pantas,
membuang jubah tidak membuat engkau menjadi bhikkhu yang sederhana, seorang
bhikkhu juga harus menghilangkan keragu-raguannya.”
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 141 berikut:
Bukan dengan cara telanjang, rambut dijalin,
badan kotor berlumpur, berpuasa, berbaring di tanah, melumuri tubuh dengan
debu, ataupun berjongkok di atas tumit,
seseorang yang belum bebas dari keragu-raguan dapat mensucikan
diri.
Banyak
orang pada waktu itu mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar