Channa
adalah pelayan yang menyertai Pangeran Siddhattha ketika beliau pergi
meninggalkan istana dengan menunggang seekor kuda, dan ingin meninggalkan
keduniawian. Ketika Sang Pangeran telah mencapai tingkat Kebuddhaan, Channa
tetap mengikutinya dengan menjadi seorang bhikkhu. Sebagai seorang bhikkhu, ia
sangat sombong dan suka bersikap main kuasa, hal itu disebabkan hubungannya
yang dekat dengan Sang Buddha.
Channa
kerap berkata, “Saya yang menemani Tuanku ketika beliau meninggalkan istana dan
menuju ke hutan. Pada waktu itu, saya satu-satunya teman beliau, dan tiada yang
lainnya. Tetapi sekarang, Sariputta dan Mogallana mengatakan bahwa mereka
berdua adalah pemimpin dari para bhikkhu dan mempunyai kekuasaan untuk mengatur
dan memerintah para bhikkhu!”
Ketika
Sang Buddha mengundang dan memperingatkan perihal perilakunya itu, ia diam,
tetapi kemudian terus-menerus mencela dua murid utama, Sariputta dan Mogallana.
Sampai
tiga kali Sang Buddha memanggil dan memperingatkannya, tetapi ia tetap tidak
berubah. Sekali lagi Sang Buddha memanggil Channa, dan berkata, “Channa inilah
dua murid utama yang mulia dan teman yang baik untukmu, kamu harus bergaul
dengan mereka dan jalinlah hubungan yang baik dengan mereka.”
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 78 berikut ini:
Jangan bergaul dengan orang jahat,
jangan bergaul dengan orang yang berbudi rendah,
tetapi bergaullah dengan sahabat yang baik,
bergaullah dengan orang yang berbudi luhur.
Walau
telah diperingatkan beberapa kali dan nasehat-nasehat juga telah diberikan oleh
Sang Buddha, Channa tetap melakukan hal yang disukainya dan terus berkata-kata
yang tidak baik terhadap bhikkhu-bhikkhu tersebut. Sebenarnya, Sang Buddha
mengetahui hal ini dan Beliau berkata bahwa Channa tidak berubah selama Sang Buddha
masih hidup. Tetapi setelah Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa pasti
berubah. Pada malam sebelum mengkat (parinibbana), Sang Buddha memanggil Ananda
Thera ke samping tempat berbaring beliau dan memerintahkan Ananda Thera agar
menjatuhkan hukuman Brahma (Brahmadanda) kepada Channa. Sebagai contoh, para
bhikkhu tidak boleh menghiraukannya dan tidak melakukan pekerjaan apapun
bersama Channa.
Setelah
Sang Buddha mangkat (parinibbana), Channa mendengar hukuman yang diberikan oleh
Ananda Thera. Ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahan-kesalahannya
sehingga ia tidak sadarkan diri sebanyak 3 kali. Kemudian ia mengakui
kesalahannya kepada para bhikkhu dan meminta maaf. Pada saat itu, ia mengubah
tingkah lakunya dan pandangannya. ia juga patuh pada petunjuk mereka untuk
praktek meditasi. Beberapa waktu kemudian Channa mencapai tingkat kesucian
arahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar