Laman

Rabu, 13 Juli 2016

Dhammapada Atthakata 151 - Kisah Ratu Mallika


Suatu hari, Mallika pergi ke kamar mandi mencuci wajah, kaki dan tangannya. Anjing peliharaannya juga masuk, ketika dia membungkuk untuk mencuci kakinya, anjing itu mencoba berhubungan kelamin dengannya, dan ratu merasa terhibur dan senang. Raja masuk melihat kejadian aneh lewat jendela kamarnya, ketika ratu masuk, dia berkata dengan marah, “Oh kamu wanita hina! Apa yang kamu lakukan dengan anjing itu di kamar mandi? Jangan menyangkal apa yang saya lihat dengan mataku sendiri.”

Ratu menjawab bahwa dia hanya mencuci muka, tangan dan kakinya, tidak melakukan kesalahan apapun. Kemudian dia melanjutkan, “Tetapi, ruangan itu sangat aneh, jika seseorang masuk ke ruangan itu, bagi orang yang melihat dari jendela ini akan muncul menjadi dua gambaran. Jika anda tidak mempercayaiku. Raja, silahkan masuk ke ruangan itu dan saya akan melihat lewat jendela.”

Raja pergi ke kamar mandi. Ketika dia keluar, Mallika bertanya kepada raja mengapa dia berlaku tidak pantas dengan seekor kambing betina di kamar itu. Raja menyangkal, tetapi ratu bersikeras bahwa dia melihat mereka dengan mata sendiri. Raja kebingungan tetapi seperti orang tolol dia menerima penjelasan dari ratu dan menyimpulkan bahwa kamar mandi itu benar-benar sangat aneh.

Sajak saat itu, ratu sangat menyesal karena telah berbohong pada raja dan telah kurang ajar menuduhnya atas kelakuannya yang tidak pantas dengan seekor kambing betina. Kelak, walaupun hampir meninggal dunia, dia melupakan kemurahan hati yang besar tiada bandingannya, yang telah diberikan kepada suaminya, dan hanya mengingat bahwa dia telah bersikap tidak jujur terhadap suaminya. Sebagai akibat dari perbuatannya, setelah meninggal dunia dia dilahirkan di alam neraka (niraya). Setelah pembakaran jenazahnya usai, raja bertanya kepada Sang Buddha, di mana dia dilahirkan kembali. Sang Buddha ingin menunda perasaan raja, dan juga tidak ingin raja berkurang keyakinannya terhadap Dhamma. Beliau mengalihkan pertanyaan itu, bahwa tidak seharusnya pertanyaan itu ditanyakan kepada Beliau sekarang ini sehingga Raja Pasenadi lupa bertanya pada Sang Buddha.

Setelah tujuh hari di alam neraka (niraya), ratu dilahirkan kembali di surga Tusita. Pada saat itu, Sang Buddha pergi ke istana Raja Pasenadi untuk menerima dana makanan. Beliau berharap dapat beristirahat di bangsal kereta tempat kereta kerajaan disimpan. Setelah mempersembahkan dana makanan, raja bertanya kepada Sang Buddha, dimana Ratu Mallika dilahirkan kembali, dan Sang Buddha menjawab, “Mallika telah dilahirkan di surga Tusita.” Mendengar hal ini raja sangat gembira dan berkata, “Di mana lagi dia dapat dilahirkan? Dia selalu berpikir tentang perbuatan baik, selalu berpikir apa yang akan dipersembahkan kepada Sang Buddha besok hari. Bhante, sekarang ia telah pergi, saya, murid-Mu yang rendah ini, hampir tidak tahu apa yang harus dikerjakan.”

Kepada raja Sang Buddha berkata, “Lihat pada kereta ayahmu dan kakekmu, semua ini tergeletak sia-sia, sama halnya seperti tubuhmu yang menjadi sasaran kematian dan kerusakan. Hanya Dhamma yang mulia, yang tidak menjadi sasaran kehancuran.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 151 berikut:

Kereta kerajaan yang indah sekalipun pasti akan lapuk,
begitu pula tubuh ini akan menjadi tua.
Tetapi ‘Ajaran’ (Dhamma) orang suci tidak akan lapuk.
Sesungguhnya dengan cara inilah
orang suci mengajarkan kebaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA DHAMMAPADA ATTHAKATA