Suatu waktu perayaan
Balanakkhatta dirayakan di Savatthi. Selama perayaan ini, beberapa pemuda
melumuri tubuhnya dengan debu dan kotoran sapi, berkeliling kota sambil
berteriak-teriak. Perbuatan mereka menyusahkan masyarakat. Mereka juga berhenti
di setiap pintu dan tidak akan pergi sebelum diberi uang.
Waktu itu, beberapa
murid Sang Buddha yang hidup berumah tangga berdiam di Savatti. Melihat
kejadian tersebut, mereka mengirimkan utusan untuk menghadap Sang Buddha,
meminta Beliau untuk tetap tinggal di vihara dan tidak ke kota selama tujuh
hari. Mereka mengirimkan makanan ke vihara, dan mereka sendiri tinggal di dalam
rumah.
Pada hari ke delapan,
ketika perayaan telah usai, Sang Buddha dan muridnya diundang ke kota untuk
makan siang. Mereka membicarakan tindakan para pemuda yang kasar dan memalukan
itu selama perayaan berlangsung. Sang Buddha memberikan komentar bahwa hal itu
adalah wajar, bahwa kebodohan dan ketidaktahuan akan membuat seseorang
melakukan perbuatan yang memalukan.
Kemudian Sang Buddha
membabarkan syair 26 dan 27 berikut ini:
Orang dungu yang berpengertian dangkal,
terlena dalam kelengahan,
sebaliknya,orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan.
seperti menjaga harta yang paling berharga.
terlena dalam kelengahan,
sebaliknya,orang bijaksana senantiasa menjaga kewaspadaan.
seperti menjaga harta yang paling berharga.
Jangan terlena dalam kelengahan,
Jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria.
Orang yang waspada dan rajin bersamadhi,
akan memperoleh kebahagiaan sejati.
Jangan terikat pada kesenangan-kesenangan indria.
Orang yang waspada dan rajin bersamadhi,
akan memperoleh kebahagiaan sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar