Ketika
Mahakassapa Thera bersemayam dekat Rajagaha, beliau tinggal bersama dua orang
bhikkhu muda. Salah satu bhikkhu tersebut sangat hormat, patuh, dan taat kepada
Mahakassapa Thera. Tetapi bhikkhu yang satu lagi tidak seperti itu. Ketika
Mahakassapa Thera mencela kekurang-taatan melaksanakan tugas-tugas murid yang
belakangan, murid tersebut sangat kecewa.
Pada
suatu kesempatan, ia pergi ke salah satu rumah umat awam siswa Mahakassapa
Thera, dan membohongi mereka bahwa Sang Thera sedang sakit. Ia mendapatkan
beberapa makanan dari mereka untuk Mahakassapa Thera. Tetapi ia makan makanan
tersebut di perjalanan. Ketika sang thera menasehati tentang kelakuannya itu,
bhikkhu tersebut menjadi sangat marah.
Keesokan
harinya ketika Mahakassapa Thera pergi keluar untuk berpindapatta, bhikkhu muda
yang bodoh ini tidak ikut. Ia memecahkan tempat air dan kuali, serta membakar
vihara.
Seorang
bhikkhu dari Rajagaha menceritakan peristiwa itu kepada Sang Buddha, Sang
Buddha mengatakan lebih baik Mahakassapa Thera tinggal sendirian daripada
tinggal bersama orang bodoh.
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 61 berikut:
Apabila dalam pengembaraan,
seseorang tak menemukan sahabat yang lebih baik atau sebanding
dengan dirinya,
maka hendaklah ia tetap melanjutkan pengembaraannya seorang
diri.
Janganlah bergaul dengan orang bodoh.
Bhikkhu
dari Rajagaha tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah
Dhamma itu berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar