Suatu
hari beberapa pencuri setelah mencuri benda-benda berharga dan sejumlah uang
dari rumah orang kaya, melarikan diri ke suatu ladang. Di sana mereka membagi
hasil curian dan berlari berpisah. Tetapi sebuah bungkusan yang berisi uang
yang berjumlah banyak terjatuh dari tangan salah seorang pencuri, dan
tertinggal di belakang. Tidak ada yang memperhatikan.
Keesokan
paginya Sang Buddha yang sedang mengamati dunia dengan penglihatan
supranaturalnya, melihat bahwa ada seorang petani sedang bekerja dekat ladang
tersebut, akan mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Segera
Sang Buddha pergi ke sana, ditemani oleh Y.A. Ananda. Petani tersebut ketika
melihat Sang Buddha memberi hormat, kemudian melanjutkan kembali membajak
sawah.
Sang
Buddha melihat bungkusan uang tersebut dan berkata, “Ananda, lihatlah seekor
ular yang sangat berbisa.” Ananda menjawab, “Ya, Bhante, itu benar-benar seekor
ular yang sangat berbisa!” Kemudian Sang Buddha dan Ananda melanjutkan
perjalanannya.
Petani
itu mendengarkan percakapan tersebut di atas, ia pergi mencari apakah benar ada
seekor ular, dan menemukan bungkusan yang berisi uang. Ia mengambil bungkusan
itu dan menyembunyikannya di suatu tempat.
Pemilik
barang yang dicuri datang ke ladang mencari jejak para pencuri. Ia menemukan
jejak kaki petani, kemudian ia menemukan bungkusan uang. Ia menangkap petani
itu dengan dakwaan sebagai pencuri dan menghadapkannya kepada raja.
Raja
memerintahkan orang kaya itu untuk membunuh petani. Ketika dibawa ke pemakaman,
tempat petani akan dibunuh, petani itu mengulang kalimat: “Ananda, lihatlah ada
seekor ular yang sangat berbisa. Bhante, saya melihat ular; sungguh-sungguh
seekor ular yang sangat berbisa!”
Ketika
pegawai Raja mendengar percakapan antara Sang Buddha dan Ananda diulang-ulang
selama dalam perjalanan, mereka kebingungan, dan membawanya menghadap Raja.
Raja menyangka bahwa petani itu memanggil Sang Buddha untuk dijadikan saksi;
beliau kemudian meminta kehadiran Sang Buddha.
Setelah
mendengar segala keterangan apa yang terjadi pagi hari itu dari Sang Buddha,
raja mengatakan, “Apabila ia tidak dapat memanggil Sang Buddha sebagai saksi
yang menyatakan ia tidak bersalah, orang ini akan dibunuh.”
Kepada
petani itu, Sang Buddha berkata, “Orang bijaksana seharusnya tidak melakukan
sesuatu yang akan membuatnya menyesal setelah melakukannya.”
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 67 berikut:
Bilamana suatu perbuatan setelah selesai
dilakukan membuat seseorang menyesal,
maka perbuatan itu tidak baik.
Orang itu akan menerima akibat perbuatannya dengan ratap tangis
dan wajah yang berlinang air mata.
Petani
tersebut mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu
berakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar